Sunday 27 January 2013

Kesayangan


Untuk segala yang pantas dilabeli dengan kesayangan,

Pertama, terimakasih karena sudah berada di sisiku tanpa mengeluh jemu. Aku baru sadar kalau aku menyayangi kalian, tanpa kalian apalah artinya hidup. Oke, bagian itu sengaja aku dramatisir memang. Bukan untuk membuat kalian senang, hanya sekedar untuk membuatnya terdengar lebih sempurna. Oh, tak apa jika akan banyak orang menganggapku ini pendusta kata, asal kalian tidak pernah percaya.

Surat ini untuk kamu yang selalu menemani hari-hariku, menuntun setiap langkahku, menjadi mata kedua bagiku. Tanpamu aku akan banyak menemui kesulitan yang menyudutkan. Bukankah Tuhan sudah cukup adil dengan memberi pengetahuan pada entah siapa yang pertama menciptakan nenek moyangmu? Hingga akhirnya, saat aku putus asa dengan terlalu banyak detail yang terlewat, kamu juga yang membantuku memperjelasnya, kamu juga yang membuatku tidak mengutuk indraku terlalu lama. Terimakasih untuk kesediaanmu menyempurnakan hariku sebelum waktu tidurku. Aku sudah tidak lagi mau menggantimu dengan mereka yang terlihat jauh lebih indah dibanding dirimu. Ah, mereka hanya menipu. Tentu aku akan lebih setia padamu, sama halnya dengan kamu yang dulu selalu setia menunggu kesadaranku akan betapa pentingnya kamu di hidupku.

Surat ini untuk kamu yang selalu mengantarku kemana pun tujuanku, selarut apa pun aku memintakannya padamu, dan bahkan tak pernah bosan menungguiku berjam-jam di parkiran tanpa protes panjang. Aku tak akan banyak kemana-mana tanpamu. Ibu sering marah jika aku terlalu sering bepergian denganmu, lebih-lebih jika sudah lewat jam pulang yang beliau tentukan. Tapi bukankah kamu sendiri tahu, bagiku, jam malam sama dengan jam Ibu ditambah satu atau kadang dua jam berlalu. Terimakasih Mimo, kamu sudah menjadi bagian hidupku sejak bertahun-tahun yang lalu. Meski kadang kamu merajuk dan terpaksa membuatku kepayahan merayumu, tidak apalah. Aku tetap sayang padamu. Kamu yang paling baik yang pernah aku kenal. Terimakasih untuk kenangan jatuh bangun bersama dan 100 km/jam saat aku sedang ingin menjadi pengendara yang sedikit gila. Itu sudah lama, semoga saja aku tidak tergoda lagi melakukannya. Tolong ingatkan aku ya, terserah bagaimana pun caramu.

Surat ini untuk kamu yang akhir-akhir ini selalu setia menemani malam-malamku demi mengejar kelulusanku. Kata temanku, untuk apa juga kelulusan dikejar? Ah, tapi kamu sendiri tahu, aku sudah cukup frustasi dengan banyak tuntutan, terutama dari diriku sendiri yang tidak lelah menggerutu dan meruntuk kemanjaanku yang lebih dipanggilnya dengan kemalasanku. Kamu tahu, aku iri dengan teman-temanku yang sudah mendapat gelar kesarjanaan mereka. Mungkin sama juga dengan irinya mereka dengan apa yang masih bisa aku raih menggunakan gelar kemahasiswaanku. Entahlah, yang jelas aku minta kamu untuk terus menyemangatiku. Jangan sekali-kali membuatku malas menatap layar virtual yang nantinya akan menjadi lembar yang seharusnya sudah direvisi berkali-kali oleh dosen pembimbingku. Terimakasih untuk menjadi yang baik bagiku, Sam. Sampai detik ini pun, kamu masih saja menemaniku, bernyanyi “Strawberry Swing” untukku.

Surat ini untuk kamu yang selalu menatapku tanpa kelu. Atau kah barangkali kamu sudah kelu tapi tidak pernah mau mengaku? Ah tapi bagiku sama saja, asal kamu ikut tersenyum saat aku tersenyum pun sudah cukup. Karena kamu tidak perlu tertawa saat aku hanya tersenyum, akan terlihat mengerikan tahu! Terimakasih ya, sudah mau aku ajak kemana pun aku membawamu. Aku memang selalu insecure tanpa kamu. Terlepas dari kebisaanmu menunjukkan siapa diriku, aku sangat menghargai waktumu yang sedikit-sedikit ku curi demi diriku. Iya, kamu tahu seberapa egoisnya aku. Aku tidak pernah berhenti mencintaimu karena mungkin seberapa pun aku dan kamu mengelaknya, sebagian dirimu adalah aku.

Sekali lagi, aku senang mempunyai kalian. Entah seberapa sepelenya kalian dimata mereka yang bukan aku. Dan tanpa bosan, terimakasih untuk kesediaan kalian bertahan bersamaku; kacamata hitam minus dua seperempat pemberian Ayah yang tak tergantikan, skuter matic hitam yang hampir setiap hari ku ajak jalan, laptop silver yang sepertinya sudah butuh diinstal ulang, pun cermin biskuit kesayangan yang sudah tua tapi tetap ku timang. Hahaha, aku sudah terlihat sedikit gila mungkin karena menulis surat untuk kalian. Tapi kalian tetap tidak keberatan kan?

Dari pemilikmu yang sering lupa melabeli kalian kesayangan. Mohon dimaafkan.

No comments:

Post a Comment