Thursday 24 January 2013

Balada Lantai Dansa


Untuk yang aku rindukan dengan terlalu,

Kamu. Baiklah, sebut saja ini juga surat rindu. Sudah berapa lama ya kita tidak saling melepas rasa ingin bertemu? Apa kamu juga merindukanku? Seingatku, terakhir aku mengunjungimu sewaktu teman dekatku merengek minta bertemu juga denganmu. Itu sudah lebih dari sebulan yang lalu. Ah kamu, bisa saja membuat banyak orang buta dan terjebak rasa ngilu ingin bertemu.

Sudah sejak lama sekali aku ingin mengenalmu. Sejak dulu, sejak aku ingat kalau dulu aku pernah mengenalmu dalam wujud yang masih lalu. Entah apa rencana Tuhan, akhirnya sekitar setahun lebih beberapa bulan yang lalu aku memberanikan diri untuk benar-benar memujamu. Aku ingat, itu bulan Oktober. Pertemuanku denganmu sudah membawaku ke pertemuan dengan pria itu. Aku jadi tiba-tiba jatuh cinta padamu, selalu ingin mengunjungimu agar aku bisa juga terus bertemu dengan pria yang akhirnya sempat menjadi milikku itu.

Iya, itu bukan kemauanku, tapi mungkin kemauan hatiku. Ah, maaf. Karena dia pula aku jadi sedikit melupakanmu. Kerena kebutaanku pula aku jadi lambat-laun meninggalkanmu. Tapi Tuhan cukup adil kan? Selama aku pergi, kamu pasti sudah bertemu banyak manusia baru yang akhirnya juga memujamu. Kamu memang punya sejuta pesona yang tak akan termakan waktu.

Sebenarnya, aku masih mencintaimu. Aku masih bisa memujamu tanpa kelu. Tapi kamu tahu, aku setengah menyerah karena sesuatu. Aku terlalu takut, jika bertemu lagi denganmu, aku akan terus mengingat kenangan yang seharusnya segera aku lupakan. Iya, aku bahkan sedang belajar untuk membencimu karena sesuatu yang semu, yang sama sekali bukan salahmu.

Aku sudah berpisah dengan pria itu. Kenapa katamu? Tentu saja karena aku tidak lagi mampu berbagi (ke)kasih. Lebih baik aku sendiri, dan mungkin saja bisa kembali padamu, pikirku. Iya, pemikiran itu sempat melintas di kepalaku. Masih maukah kamu menerimaku? Pasti masih. Sayangnya, aku juga masih terlalu egois untuk sekedar tidak memikirkan pria itu jika menemuimu. Dan sekarang aku meninggalkanmu, sama seperti hatiku yang meninggalkan pria itu sendiri melawan waktu. Toh bukan salahku, mungkin salah hatinya, jarak dan waktu. Tapi apa peduliku?

Sungguh, aku rindu padamu. Aku rindu harus kepayahan menyesuaikan gerakan dengan irama lagu-lagu salsa juga bachata yang tak pernah sukses aku taklukkan dalam hitungan minggu. Aku rindu dibuai lagu-lagu latin yang selalu ingin ku dengar tanpa jemu. Aku rindu menari di tempatmu, lantai dansa yang sudah lama tak ku kunjungi karena egoisnya aku.

Andai saja aku sudah bisa berdamai dengan waktu dan hatiku, aku akan segera mengunjungimu. Tak  peduli jika pria itu masih juga menunggu kesempatan menemuiku di tempatmu, persis seperti yang diucapkannya padaku saat terakhir bertemu. Entah, belum juga ku putuskan, tapi aku pasti akan mengunjungimu. Mungkin hanya untuk melepas rindu denganmu, dengan salsa, bachata atau chachacha yang mungkin juga merindukanku.


No comments:

Post a Comment