Tuesday 29 January 2013

Hey T, I Miss You!


Kata orang, aku gila karena punya cita-cita keliling dunia. Kata orang, aku bisa buta karena punya keinginan terlalu banyak melihat ke luar sana. Kata orang, aku naif saat aku mulai banyak menulis di atas kertas tentang impianku disana. Tidak kah mereka tahu kalau itu doa? Silakan saja menertawai doa-doaku yang aku lagukan sepanjang hidupku, aku tidak peduli. Silakan saja mencemoohku untuk semua harapan yang terlalu omong kosong kalau menurutmu, aku tidak peduli.

Aku juga ingin keliling Indonesia, tapi aku lebih ingin keliling dunia. Dunia terlihat sangat besar memang, tapi tidak pernah sebesar Bima Sakti, tidak pernah sebesar ribuan galaksi-galaksi. Jadi untuk apa menunggu lagi? Sudah banyak orang yang membuatku iri (sekaligus bersemangat) karena kesempatan mereka yang lebih dulu bepergian kesini-sana. Mereka terlihat bahagia.

Hey T, aku dulu tidak suka padamu. Aku sendiri heran mengapa hampir setiap teman dekatku ingin menginjakkan kaki di tanahmu. Di masa kuliahnya, seorang temanku bahkan mempelajari bahasamu. Aku dulu tidak suka lagu yang diputar adikku dalam bahasamu. Selalu berisik kalau menurutku. Aku dulu tidak suka makananmu, bagiku makanan Italia lebih akan memanjakan lidahku. Setidaknya, pasti lebih asin daripada banyak makananmu yang plain. Aku dulu tidak suka hampir semua tentangmu.

Desember tahun lalu, aku berkesempatan mengunjungimu. Di antara kompetisi yang aku ikuti, entah kenapa Tuhan malah memenangkanmu untukku. Mungkin Tuhan tidak suka caraku tidak menyukaimu, jadi ditamparnya aku. Aku memang harus berjuang lagi di tanahmu, menjadi yang tebaik diantara yang terbaik. Kalimat yang hampir membuatku frustasi tapi entah mengapa aku bisa juga menikmati segala sensasi. Aku dulu berjuang dengan banyak manusia-manusia baru yang terlihat jauh lebih ambisius dariku. Kali ini benar kata orang, jarak antara kamu dan mimpimu hanyalah orang-orang yang lebih ambisius itu. Jadi apapun yang kalian hadapi, berusahalah tanpa lelah, saranku.

Di tanahmu, aku mengenal banyak orang baru. Mereka menjadi teman berdiskusiku, teman bermainku, dan teman bersenang-senangku, pun pesaing untukku kala itu. Ah kamu, kamu sudah mengajariku cara beradaptasi yang baru. Terimakasih.

Di tanahmu, aku melihat dunia yang baru. Masa depan yang dirancang orang-orangmu yang sangat ambisius itu, pun beberapa hal yang ku anggap mainstream yang tak bisa ku temui di sekitarku. Setidaknya, kamu sudah mengajariku terus berpikir tanpa jemu. Terimakasih.

Di tanahmu, aku pernah melihat seorang tuna netra berjalan sendirian di stasiun kereta yang menurutku paling sibuk kala malam. Aku rasa dia tidak terlalu mengeluh dengan begitu bisingnya langkah kaki ratusan manusia yang didengarnya seharian. Hebatnya, dia bisa bertahan di tanahmu yang kata orang kejam. Iya, itu menjadi pelajaran yang ku simpan. Ini juga terimakasih.

Aku sadar, aku menikmati setiap momen yang aku habiskan di tanahmu; berbincang dengan orang-orang baru tentang budaya dari negeri-negeri mereka, berdiskusi tentang sesuatu yang sebelumnya tidak ku pahami sepenuhnya, menghirup udara musim dinginmu jika berada di luar sana, menikmati design kotamu yang rapi dengan futuristik dan budayanya, melihat orang sibuk berjalan lalu-lalang mengejar kereta malam, mencium aroma harum yang kau sajikan di kedai-kedai makananmu yang dulu tidak pernah ku sangka. Aku beruntung pernah dipertemukan Tuhan denganmu. Mungkin aku harus lebih banyak mendengar kata orang sekarang. Tidak tentang impianku yang mereka tentang, tapi tentang kamu dan kamu-kamu lain yang tadinya tidak mau ku dengar dan ku perhitungkan karena kemalasanku mempelajari hal yang terlihat membosankan. Aku janji untuk tidak mengulangi. Pasti.

Di tanahmu, aku menanam impian baru. Mungkin Holland masih menjadi favoritku, tapi kamu... sejauh ini kamu lah yang paling berkesan yang sudah lancang menampar tidak hanya pipiku, tapi pemikiranku. Terimakasih Tokyo. Sepertinya aku sudah meninggalkan sebagian hatiku di tanahmu. Entah lebih karenamu, atau karena orangmu itu. Ah Tokyo, I miss you.. Kalau aku ternyata tidak bisa datang lagi di akhir bulan depan, tetaplah menungguku. Aku akan sangat senang untuk kembali lagi menikmati setiap sajian yang akan kau hidangkan untukku. Semoga Tuhan tetap mengijinkan.

Tiara

2 comments:

  1. semoga kian rajin menulis. semoga bukan demi hadiah,

    salam
    ikavuje

    ReplyDelete
  2. makasih mbak ikah. sebenernya demi diri sendiri mbak :)

    ReplyDelete