Monday 1 October 2012

Selamat Malam Uti!


“Leh ngati-ati sekolahe. Tumindak leh becik. Neg wis dadi wong sukses sesuk, ojo ngasi lali karo sedulur yo nduk..”

Kira-kira begitu kalimat paling aku ingat dari Eyang Uti. Kalau diartikan dalam bahasa Indonesia sih intinya, aku dipesan untuk tidak melupakan saudara-saudaraku kalau sukses nanti. Sudah sebulan lebih sejak terakhir aku betemu beliau. Eyang Uti, ibu dari Ibuku, adalah wanita tua buta huruf yang suka sekali menahanku kalau aku hendak pulang lepas mengunjunginya. Aku memang dekat dengannya. Aku suka mendengar ceritanya, walau kadang bosan dan kelu karena hanya itu-itu saja. Ceritanya tidak pernah berubah, selalu tentang silsilah keluarga, tentang keluarga di Bali, moyang dari Sampang Madura, tentang beberapa orang-orang tua bernama Raden Rangga Rini, Tumenggung Mandalika, Pangeran Katong, Raden Ayu Saraswati, entah siapa lagi. Aku tidak selalu memperhatikan memang, tapi aku ingat runtutan cerita Eyang Uti dengan hampir sempurna. Setiap kali beliau bercerita, aku seperti mendapat setumpuk buku dongeng tidur yang aku suka. Aku dan keluargaku memang pernah tinggal serumah dengan beliau selama sekitar empat tahun. Lalu kami pindah rumah, lalu kami jadi jarang bertemu, lalu kami kadang rindu. Dulu, masih ada Akung yang setia ditemani Eyang Uti. Sampai akhirnya tiga tahun yang lalu, Akung berpulang, Eyang Uti sendiri..

Pagi tadi aku membuka album poto lama yang aku temukan sembari menata kamar. Ada potret Eyang Uti yang kira-kira diambil dua puluh tiga tahun lalu, saat beliau menemani Akung menjadi wali nikah orang tuaku. Dimana lagi aku bisa menemukan potret Eyang Uti  selain di album poto pernikahan orang tuaku. Potret diri beliau tidak jauh berbeda dengan beliau saat terakhir kali bertemu saat Lebaran bulan Agustus lalu, masih sangat terlihat begitu jawa, masih terlihat hitam, masih terlihat dengan kondenya, hanya lebih hidup, lebih tersenyum bahagia, lebih bernyawa.

Di playlistku malam ini hanya ada satu lagu. Lagu yang membuatku merasa sedikit lebih baik mungkin. Satu diantara banyak lagu Mariah Carey yang aku sukai dengan sangat.

/ I never knew I could hurt like this / and everyday life goes on like / "I wish I could talk to you for awhile" / miss you but I try not to cry / as time goes by / and it's true that you've reached a better place / still I'd give the world to see your face / and I'm right here next to you / but it's like you're gone too soon / now the hardest thing to do is say bye bye /

Seharusnya aku sudah ikhlas. Seharusnya aku sudah merasa cukup dengan mengatar Eyang Uti berpulang ke tempat peristirahatan terakhirnya, lebih dari sebulan yang lalu. Terlalu banyak cerita yang seharusnya aku bagi dengannya. Terlalu banyak rindu yang masih menyesaki dada. Andai saja masih bisa bertemu, aku rela mendengar lagi ceritanya, yang itu –itu saja. Iya, aku rela..

Kemarin kami mengirim doa untuk beliau, lewat yang kami kenal sebagai adat jawa, empat-puluh hari sejak tanggal berpulangnya. Semoga beliau tenang di alam sana, karena kami disini baik-baik saja. Karena aku disini baik-baik saja.

Selamat malam Eyang. Salamat jalan..

No comments:

Post a Comment