Jadi, anggap saja ini sebagai tanda protes tertulis karena
akhir-akhir ini kamu terlalu sering datang. Aku memang tidak bisa menyalahkanmu
atas keahlianmu menyelinap masuk melalui banyak kesempatan. Pun aku tidak bisa
begitu saja membiarkanmu mengusik hidup yang sudah aku bangun sekarang.
Seseorang mengingatkanku agar berterima kasih padamu. Dia bilang,
aku tidak mungkin bisa menghindarimu. Kamu serupa ilalang; ada dimana-mana,
bahkan di pojokan gurun gersang. Barangkali dia benar, atau barangkali dia
hanya ingin pembenaran. Seseorang juga pernah bilang, kamu memiliki dua kepribadian;
baik dan buruk. Tetapi baik dan burukmu tidak bisa dipisahkan, bukan? Tidak
akan ada hitam tanpa putih, atau tidak akan ada putih tanpa hitam. Semacam itu
lah.
Aku juga pernah bilang, kamu boleh sesekali datang menengok
keadaanku. Tetapi jangan terlalu sering. Aku tidak mau mengorbankan yang sudah
aku miliki sekarang. Bisa saja beberapa orang di sekelilingku tidak menyukai
kehadiranmu, bukan? Kata mereka, jika kamu datang, kadang aku menjadi muram. Kata
mereka, jika kamu datang, aku seperti terserang penyakit kronis bernama lupa. Aku
lupa dengan kenyataan.
Barangkali sebaiknya aku memang hanya berterima kasih
kepadamu, tidak lebih, tidak kurang. Karena kamu, sekarang aku merasa menjdi
orang yang lebih disayang Tuhan—tentu saja jika dibandingkan dengan aku yang
dulu misalnya. Karena kamu, sekarang aku merasa mempunyai banyak harta,
lebih-lebih yang tak kasat mata; kasih dan sayang yang datang tidak hanya tiba-tiba
saja. Karena kamu, sekarang aku menjadi aku yang sekarang. Aku yang lebih
berbahagia menerima aku yang seutuhnya.
Terimakasih kenangan.. Aku akan membiarkanmu tumbuh di
ladang gersang yang memang sengaja aku sediakan. Jangan protes, itu lebih baik
daripada aku dikaruniai penyakit lupa yang mereka sebut amnesia, bukan? Sedikit
rahasia, ladang gersangku penuh unsur hara. Kamu hanya perlu lebih jeli
menemukannya. Jadi sudah, diam disitu saja. Jangan pernah kamu usik teman
baruku yang bernama harapan. Dia sedikit rapuh, masih butuh dikuatkan. Dia sedang
tumbuh di padang rumput yang lebih pantas disebut oase tentu saja.
Barangkali nanti kalian akan menjadi teman, bisa jadi kan? Di suatu
sore, sambil memandang senja di tepian laut, aku akan duduk diam ditemani kalian. Harapan
akan membisikkan padaku skenario yang baru saja ditulisnya. Iya, dia suka
sekali menulis peluang yang dinamainya impian. Dan kamu, diam saja disitu. Jangan
berusaha membuat gaduh atau aku akan memukul kepalamu dengan ranting kecil yang
tak sengaja aku temukan. Jangan bertengkar, aku tidak akan suka meneriaki
kalian dengan umpatan-umpatan.
Nah, sekarang mengerti lah. Kali ini kamu jangan terlalu sering
datang. Aku sedang sangat sibuk mengurusi harapan.
No comments:
Post a Comment