Untuk segala yang pantas dilabeli
dengan kesayangan,
Pertama, terimakasih karena sudah
berada di sisiku tanpa mengeluh jemu. Aku baru sadar kalau aku menyayangi
kalian, tanpa kalian apalah artinya hidup. Oke, bagian itu sengaja aku
dramatisir memang. Bukan untuk membuat kalian senang, hanya sekedar untuk
membuatnya terdengar lebih sempurna. Oh, tak apa jika akan banyak orang menganggapku
ini pendusta kata, asal kalian tidak pernah percaya.
Surat ini untuk kamu yang selalu
menemani hari-hariku, menuntun setiap langkahku, menjadi mata kedua bagiku. Tanpamu
aku akan banyak menemui kesulitan yang menyudutkan. Bukankah Tuhan sudah cukup
adil dengan memberi pengetahuan pada entah siapa yang pertama menciptakan nenek
moyangmu? Hingga akhirnya, saat aku putus asa dengan terlalu banyak detail yang
terlewat, kamu juga yang membantuku memperjelasnya, kamu juga yang membuatku
tidak mengutuk indraku terlalu lama. Terimakasih untuk kesediaanmu menyempurnakan
hariku sebelum waktu tidurku. Aku sudah tidak lagi mau menggantimu dengan
mereka yang terlihat jauh lebih indah dibanding dirimu. Ah, mereka hanya
menipu. Tentu aku akan lebih setia padamu, sama halnya dengan kamu yang dulu
selalu setia menunggu kesadaranku akan betapa pentingnya kamu di hidupku.
Surat ini untuk kamu yang selalu
mengantarku kemana pun tujuanku, selarut apa pun aku memintakannya padamu, dan
bahkan tak pernah bosan menungguiku berjam-jam di parkiran tanpa protes
panjang. Aku tak akan banyak kemana-mana tanpamu. Ibu sering marah jika aku
terlalu sering bepergian denganmu, lebih-lebih jika sudah lewat jam pulang yang
beliau tentukan. Tapi bukankah kamu sendiri tahu, bagiku, jam malam sama dengan
jam Ibu ditambah satu atau kadang dua jam berlalu. Terimakasih Mimo, kamu sudah
menjadi bagian hidupku sejak bertahun-tahun yang lalu. Meski kadang kamu
merajuk dan terpaksa membuatku kepayahan merayumu, tidak apalah. Aku tetap
sayang padamu. Kamu yang paling baik yang pernah aku kenal. Terimakasih untuk kenangan
jatuh bangun bersama dan 100 km/jam saat aku sedang ingin menjadi pengendara
yang sedikit gila. Itu sudah lama, semoga saja aku tidak tergoda lagi
melakukannya. Tolong ingatkan aku ya, terserah bagaimana pun caramu.
Surat ini untuk kamu yang
akhir-akhir ini selalu setia menemani malam-malamku demi mengejar kelulusanku. Kata
temanku, untuk apa juga kelulusan dikejar? Ah, tapi kamu sendiri tahu, aku
sudah cukup frustasi dengan banyak tuntutan, terutama dari diriku sendiri yang
tidak lelah menggerutu dan meruntuk kemanjaanku yang lebih dipanggilnya dengan
kemalasanku. Kamu tahu, aku iri dengan teman-temanku yang sudah mendapat gelar
kesarjanaan mereka. Mungkin sama juga dengan irinya mereka dengan apa yang
masih bisa aku raih menggunakan gelar kemahasiswaanku. Entahlah, yang jelas aku
minta kamu untuk terus menyemangatiku. Jangan sekali-kali membuatku malas
menatap layar virtual yang nantinya akan menjadi lembar yang seharusnya sudah
direvisi berkali-kali oleh dosen pembimbingku. Terimakasih untuk menjadi yang
baik bagiku, Sam. Sampai detik ini pun, kamu masih saja menemaniku, bernyanyi “Strawberry Swing” untukku.
Surat ini untuk kamu yang selalu
menatapku tanpa kelu. Atau kah barangkali kamu sudah kelu tapi tidak pernah mau
mengaku? Ah tapi bagiku sama saja, asal kamu ikut tersenyum saat aku tersenyum
pun sudah cukup. Karena kamu tidak perlu tertawa saat aku hanya tersenyum, akan
terlihat mengerikan tahu! Terimakasih ya, sudah mau aku ajak kemana pun aku
membawamu. Aku memang selalu insecure tanpa kamu. Terlepas dari kebisaanmu
menunjukkan siapa diriku, aku sangat menghargai waktumu yang sedikit-sedikit ku
curi demi diriku. Iya, kamu tahu seberapa egoisnya aku. Aku tidak pernah
berhenti mencintaimu karena mungkin seberapa pun aku dan kamu mengelaknya, sebagian
dirimu adalah aku.
Sekali lagi, aku senang mempunyai
kalian. Entah seberapa sepelenya kalian dimata mereka yang bukan aku. Dan tanpa
bosan, terimakasih untuk kesediaan kalian bertahan bersamaku; kacamata hitam minus
dua seperempat pemberian Ayah yang tak tergantikan, skuter matic hitam yang
hampir setiap hari ku ajak jalan, laptop silver yang sepertinya sudah butuh
diinstal ulang, pun cermin biskuit kesayangan yang sudah tua tapi tetap ku timang.
Hahaha, aku sudah terlihat sedikit gila mungkin karena menulis surat untuk
kalian. Tapi kalian tetap tidak keberatan kan?
Dari pemilikmu yang sering lupa
melabeli kalian kesayangan. Mohon dimaafkan.
No comments:
Post a Comment