Saturday 14 July 2012

An Orchestrated Destiny

A coffee is sweet; in its bittersweet,
And life is so harsh to drop these bloody sweat.
When people are easily push to get some to eat
There are so many ways just to cheat

We wonder of a dimension
Among those non sense hallucinations
These confusions will meet its decision.
When no more domestic heartache,
Our destiny will be carefully orchestrated.
So that, we need more than just a long long wait.

Friday 13 July 2012

You

You taught me that love is no more than just an irony
When we are too busy talking about memory.
You taught me that pain is fine;
What I need is just a case of wine.

You are the only thing that swimming around my mind.
You have all the things on the swirling skies of mine.
What you do is always in a nevermind,
Unless for making myself so blind.



*originally written long time ago, about two or three days before Indonesian Literature Day, in the middle of the night, or perhaps in that very early morning, while remembering some 'coffee' things about that witty tweety snake-head murrel.

Saturday 7 July 2012

Dreams

"Kalo kamu punya impian, kamu harus punya wujudnya." -Eva, di sela diskusi kelompok analisis novel semester enam.

Kalimat itu yang selalu terngiang di telinga. At least, aku mendengarnya dari orang yang sudah meraih cita-citanya, mengunjungi Eropa dengan biaya sendiri. Dia ini teman kuliah, ibu muda dari balita blasteran yang tinggal di Belanda atau Jerman sana. Bagi kelompok kami yang sedang berdiskusi tentang Animal Farm karya George Orwell, dia ini Boxer yang pekerja keras. Hahaha
Sebelumnya, aku juga mengenal orang yang cukup memotivasi. Namanya mas Hanggara, lima tahun lebih tua dariku. Dia memang pintar, yah lelaki muda terpintar yang pernah aku kenal sepertinya. Saat aku masih di bangku SMA, dia sudah terdampar di Austria untuk melanjutkan studi S2nya, lewat jalur beasiswa. Envy? Banget.
Percaya tidak kalau masih ada orang pintar yang tidak sombong, begitulah yang aku tahu. Dia hobi memberi referensi link beasiswa ke luar negeri, sayangnya studiku belum juga kelar. Terakhir bulan kemarin, saat aku mengucapkan selamat atas pernikahannya, dia masih sama, masih semacam memotivasiku untuk segera menuntaskan studiku. Terharu? Iya, hahaha.
Nasib orang memang beda-beda. Ada yang sudah terlahir di keluarga mampu, jadi bisa bolak-balik keluar negeri seenaknya. Ada yang diberi kapasitas otak yang lebih tinggi dan keberuntungan besar, jadi bisa bolak-balik keluar negeri melanjutkan studi tanpa biaya. Ada yang pada akhirnya berjodoh dengan orang di negeri seberang jauh sana, jadi bisa bolak-balik keluar negeri dengan sebuah tujuan yang lebih nyata.
Beberapa hari yang lalu, aku mengobrol dengan tamu berkebangsaan Prancis di tempat kerja. Mereka adalah sebuah keluarga dengan bayi umur satu setengah tahun yang sedang berlibur di Indonesia. Bayi ini, sudah menghabiskan paling tidak satu bulan di indonesia. Mengunjungi kota-kota besar, mulai dari Medan, dan akan berakhir di Denpasar nantinya. See, how lucky he is!


Meluangkan waktu mengobrol dengan beberapa teman di beberapa belahan dunia juga sudah banyak membuka mata. Banyak yang belum aku tahu ternyata, bahkan tentang Belanda, negeri yang sangat ingin aku kunjungi jika aku berkesempatan ke Eropa. Hahaha. Lucunya, anak kuliahan sepertiku ini berani bermimpi sampai kesana. At least, I have a dream. Iya kan, kan, kan. :p
Aku tidak tahu kenapa Belanda, mungkin karena sejak kecil aku sudah sering mendengar bahasanya. Akung, pria tua indonesia pertama yang aku tahu bisa berbahasa Belanda dengan cukup fasih saat Ayahku mengajak para tamu berkebangsaan Belandanya ke rumah kami dulu. Mungkin juga, karena lebih banyak orang-orang yang aku kenal disana. I wish I have so many chances to meet them again. Sekarang, yang aku lakukan hanyalah belajar bahasanya. Jaman Belanda masih di Indonesia yang akses pendidikannya terbatas saja, Akung bisa, kenapa sekarang aku enggak? Coba Akung masih disini, pasti aku akan banyak mengunjunginya di masa tua. Menanyainya, mengajaknya mengingat kosa kata bahasa Belanda hanya untuk sekedar bercerita, atau merajuk dan sedikit memaksanya mempraktekkan ilmunya. Duh, tiba-tiba jadi kangen Akung. Lama sudah tidak mengunjungi pusaranya.
Kalau ke Belanda, aku mau ke Keukenhoff. Hahaha, mungkin setelah itu ke negeri di sebelahnya untuk mengunjungi kota Brussel, atau Barcelona, atau lebih ke timur lagi ke Belgrade. Aku masih muda, toh masih banyak yang harus aku kejar dan dapatkan sebelum akhirnya aku memutuskan berumah tangga. Eh, kenapa jadi  bahas berumah tangga ya? Hehehe.

Ah, sudahlah. Mari bermimpi, mari mewujudkannya. Kalau ada orang yang bilang bahwa kita tidak perlu bermimpi terlalu tinggi karena kalau jatuh akan sakit nantinya, pasti dia pernah terjatuh dan hanya ingin memenuhi otakmu dengan bayangan kegagalan pada akhirnya. Kalau kita belum mencoba mewujudkannya, mana tahu hasilnya? Lebih baik pernah mencoba, dan gagal, dan mencoba lagi, dan berhasil kan. Jalan hidup kita yang pilih, tinggal urusan Tuhan mau memberikan kemudahan atau menunjukkan opsi yang lebih baik nantinya. Jangan lupa berdoa, jangan pernah sekali-kali meremehkan kekuatan doa. Bismillah..